Menjadi guru di Sekolah Luar Biasa bukanlah pekerjaan mudah. Mereka berhadapan dengan anak-anak berkebutuhan khusus yang memiliki karakteristik beragam. Tantangan yang dihadapi tidak hanya soal kurikulum, tetapi juga menyangkut aspek psikologis, sosial, dan teknis.
1. Keragaman Anak Didik
Dalam satu kelas, guru bisa menghadapi murid dengan kebutuhan berbeda: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, hingga autisme. Hal ini membuat guru harus menyiapkan strategi pembelajaran yang berbeda-beda.
2. Keterbatasan Fasilitas
Banyak SLB di Indonesia yang masih minim fasilitas. Alat bantu belajar seperti braille, alat dengar, atau komputer khusus belum merata. Guru harus kreatif menggunakan media sederhana agar pembelajaran tetap berjalan.
3. Kurangnya Guru Pendamping Khusus
Rasio guru dengan jumlah murid ABK sering tidak seimbang. Padahal, setiap anak membutuhkan perhatian lebih intensif.
4. Stigma Sosial
Guru SLB juga menghadapi tantangan eksternal, yaitu stigma masyarakat yang masih menganggap anak berkebutuhan khusus tidak bisa berkembang.
5. Kebutuhan Emosional
Mengajar ABK membutuhkan kesabaran ekstra. Guru harus mampu mengendalikan emosi, memahami kondisi anak, dan tetap semangat meskipun perkembangan anak tidak secepat yang diharapkan.
Kesimpulan
Tantangan guru di SLB memang besar, tetapi dengan dedikasi tinggi, mereka berperan penting dalam membentuk masa depan anak berkebutuhan khusus. Dukungan pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan agar guru SLB bisa bekerja lebih optimal.